BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark
S. Beasley yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2008:4) merupakan suatu
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan criteria yang telah
ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Auditing adalah suatu proses dengan apa
seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi
bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan
tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan
dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan strandar yang dapat dipakai oleh auditor
sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut. tujuannya adalah untuk
melakukan verifikasi bahwa subyek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan
catatan klien dengan laporan audit, oleh karena itu, kertas kerja merupakan
alat penting dalam profesi akuntan public. dalam proses auditnya, auditor harus
mengumpulkan atau membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan
pendapatnya atas laporan keuangan audit. Kertas kerja audit merupakan media
yang digunakan auditor untuk mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan
dokumen yang dikumpulakan dan simpulan yang dibuat auditor dalam setiap tahapan
audit.
Kertas kerja
biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan :
a. telah
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan pertama, yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan supervise dengan baik.
b. telah
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua, yaitu pemahaman memadai
atas pengendalian intrn telah diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan.
c. telah
dilaksanakan standarpekerjaan lapangan ketiga, yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur pemeriksaan telah ditetapkan, dan pengujiantelah
dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai
untuk mensyaratkan pendapat atas laporan keuangan audit.
Kertas
kerja merupakan milik kantor akuntan public, bukan milik klien atau milik
pribadi auditor. namun, hak pemilikan kertas kerja oleh akuntan public masih
tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam kode etik akuntan Indonesia
yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh
auditor ddalam hubungannya dengan transaksi perusahaan untuk tujuan yang tidak
semestinya. pengungkapan informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada
pihak ketiga dibatasi oleh kode etik akuntan Indonesia pasal 4 tentang
penjagaan kerahasiaan informasi yang diperoleh akuntan public selama perikatan
professional. Oleh karena itu, kertas kerja disusun sebagai mana semestinya dan
berdasarkan prosedur-prosedur oleh kantor akuntan public, dalam memudahkan
auditor untuk melakukan audit dalam suatu perusahaan atau instansi pemerintah.
Kertas kerja audit harus meliputi
semua informasi yang dipandang perlu oleh auditor bagi pelaksanaan audit yang
memadai dan untuk mendukung laporan audit atau pendapat yang akan diberikan
oleh auditor Tujuan menyeluruh dari pendokumentasian audit dalam bentuk kertas kerja
adalah untuk membantu auditor memberikan keyakinan memadai bahwa audit yang
layak telah dilakukan sesuai dengan standar auditing. (http://tsoenx.blogspot.com/2011/04/blog-post.html)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah dijelaskan di atas, maka yang menjadi
pertanyaan pokok dalam penulisan makalah ini adalah sebgai berikut:
A. Apa
manfaat kertas kerja audit?
B. Apa
definisi Filling system?
C. Bagaimana
penyusunan kertas kerja audit beserta contohnya?
D. Bagaimana
analisis auditor dalam kertas kerja audit?
1.3 Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan latar belakang
dan identifikasi masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan:
A. Untuk
mengetahui manfaat kertas kerja audit.
B. Untuk
mengetahui definisi Filling system.
C. Untuk
mengetahui penyusunan kertas kerja audit beserta contohnya.
D. Untuk
mengetahui analisis auditor dalam kertas kerja audit.
1.4 Manfaat penulisan
Hasil dari
penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya
kepada mahasiswa/i Universitas Pasundan Bandung untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang definisi, manfaat kertas kerja audit, definisi filling
system, analisis kertas kerja audit, dan penyusunan analisis kertas kerja
audit.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Audit
Auditing merupakan kegiatan
pemeriksaan dan pengujian suatu pernyataan, pelaksanaan dari kegiatan yang
dilakukan oleh pihak independen guna memberikan suatu pendapat. Pihak yang
melaksanakan auditing disebut dengan auditor. Pengertian auditing semakin
berkembang sesuai dengan kebutuhan yang meningkat akan hasil pelaksanaan
auditing.
Menurut Alvin A. Arens, Randal J.
Elder, Mark S. Beasley (2010:4) definisi auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing
is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine
and report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent person”.
Pengertian
audit menurut James A. Hall dan Tommie singleton yang dialih bahasakan oleh
Dewi Fitriasari dan Deny Arnos kwary (2007:3) adalah sebagai berikut :
“Audit
adalah proses sistematis mengenai, mendapatkan, megevaluasi secara obyektif
bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai berbagai kegiatan dan peristiwa ekonomi
untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penilaian- penilaian tersebut dan
membentuk criteria serta menyampaikan hasilnya kepada para pengguna yang
berkepentingan”.
Sedangkan menurut
Sukrisno Agus ( 2006:3 ) dalam bukunya yang berjudul Auditing adalah sebagai
berikut :
“auditing adalah
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut
Mulyadi pengertian audit adalah :
“Suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian haisl-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan”.
Secara umum pengertian
di atas dapat diartikan bahwa audit adalah proses sistematis yang dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan.
Menurut
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja
sebagai berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh
auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
auditnya.”
Menurut IBK.Bayangkara
kertas kerja audit (KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data
yang dikumpulkan auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit
2.2 Tipe Kertas Kerja Audit
Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang
dikumpulan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari
berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe
kertas kerja berikut ini :
1.
Program audit (audit program)
2.
Working trial balance
3.
Ringkasan jurnal adjustment
4.
Skedul utama (lead schedule atau top schedule)
5.
Skedul pendukung (supporting schedule)
1.
Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit
untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi
rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada
saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur
audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum
dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut,
serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program
audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal
pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk
merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta
komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran
jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan
sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang berlangsung.
2.
Working Trial Balance
Working Trial Balance
adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun
yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan
penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi
auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial
statements). Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus
dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam
daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit, working trial balance
ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali yang
diusulkan oleh auditor kepada klient serta saldo akhir tiap-tiap akun buku
besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Working trial balance ini
mempunyai fungsi yang sama dengan lembar kerja (work sheet) yang digunakan oleh
klien dalam proses penyusunan laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan
keuangan, klien menempuh beberapa tahap sebagai berikut :
a.
Pengumpulan bukti transaksi
b.Pencatatan dan
Penggolongan transaksi dalam jurnal dan buku pembantu
c.
Pembukuan (posting) jurnal ke dalam buku besar
d.
Pembuatan lembar kerja
e.
Penyajian laporan keuangan
Dalam proses auditnya, auditor bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan auditan. Adapun tahap-tahap penyusunan laporan
keuangan auditan tersebut adalah sebagai berikut :
a.
Pengumpulan bukti audit dengan cara pembuatan atau pengumpulan
skedul pendukung ( supporting schedules).
b.Peringkasan informasi
yang terdapat dalam skedul pendukung ke dalam skedul utama ( lead
schedules atau top schedules) dan ringkasan jurnal adjustment.
c.
Peringkasan informasi yang tercantum dalam skedul utama dan
ringkasan jurnal adjustment ke dalamworking trial balance.
d.
Penyusunan laporan keuangan auditan.
3.
Ringkasan Jurnal Adjusment
Dalam proses auditnya,
auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan
akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor
membuat draft jurnaladjustment yang nantinya akan
dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal
penggolongan kembali ( reclassification entries) untuk unsur,
yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk kepentingan
penyusunan laporan keuangan yang wajar, harus digolongkan. Jurnal adjustment yang
diusulkan oleh auditor biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan
kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjustment maupun
jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap. Jurnal adjustment berbeda
dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali digunakan oleh
auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam laporan keuangan
klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam
kertas kerja auditor; tidak untuk disarankan agar dibukukan ke dalam catatan
akuntansi klien. Di lain pihak, jurnal adjustment digunakan
oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang salah, sehingga
jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam
catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan
penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan
jurnal adjustment. Emudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari
berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama yang berkaitan ank e
dalam working trial balance.
4.
Skedul Utama
Skedul utama adalah kertas kerja yang
digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk
akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan
akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam
laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom yang sama
dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance.
Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan ke dalam kolom yang
berkaitan dengan working trial balance.
5.
Skedul Pendukung
Pada waktu auditor melakukan verifikasi
terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat
berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan
operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus
dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan
menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode
verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban
atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan
yang dibuat oleh auditor.
2.3 Pemberian Indeks
pada Kertas Kerja Audit
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan
memudahkan pencarian informasi dalam bebagai daftar yang terdapat diberbagai
tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks
kertas kerja adalah sebagai berikut :
1) Setiap kertas kerja harus
diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2)
Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut
:
a.
Indeks silang dari skedul utama.
b.Indeks silang dari
skedul akun pendapatan dan biaya.
c.
Indeks silang antarskedul pendukung.
d.
Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal
adjusment.
e.
Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
f.
Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program
audit dengan kertas kerja.
3)
Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan
sebagainya tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas
kerja yang berindeks.
2.4 Metode Pemberian
Indeks Kertas Kerja Audit
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1.
Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks
dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan
nomor kode skedul utama yang berkaitan.
2.
Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul
utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi
huruf dan angka.
3.
Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang
berurutan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
kertas kerja audit
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja
sebagai berikut: “kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh
auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya,
informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program
audit hasil pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum,
surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan,
dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja
dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja
biasanya berisi dukumentasi yang memperlihatkan :
1. Pemeriksaan
telah direncanakan dan di supervise dengan baik, yang menunjukan
dilaksanakannya standar pekerjaan
lapangan yang pertama.
2. Pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh untuk
merancangkan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah
dilakuan.
3. Bukti
audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah di terapkan dan pengujian
yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti yang kompeten yang cukup sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
yang menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Menurut IBK.Bayangkara kertas kerja audit
(KKA) merupakan catatan-catatan yang dibuat dan data-data yang dikumpulkan
auditor secara sistematis pada saat melaksanakan tugas audit. Untuk memberikan
gambaran yang lengkap terhadap proses audit, KKA harus mencerminkan
langkah-langkah audit yang ditempuh :
a.
rencana audit
b.
pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas
system control internal
c.
prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang
diperoleh dan kesimpulan yang dicapai
d.
penelahaan kertas kerja audit oleh penyedia
e.
laporan audit
f.
tindak lanjut dari tindakan perbaika.
3.2 Manfaat kertas kerja audit
Setiap auditor wajib
membuat KKA pada saat melaksaanakan tugas audit, manfaat utama KKA antara lain
:
a.
merupakan dasar penyusunan laporan hasil audit.
b.
merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan
mengawasi pekerjaan para pelaksana audit.
c.
merupakan alat pembuktian ari laporan hasil audit.
d.
menyajikan data untuk keperluan referensi
e.
merupakan salah satu pedoman untuk tuga audit
berikutnya.
Tujuan pembuatan kertas
kerja audit,yaitu:
a.
mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan audit
kertas kerja audit dapat digunakan oleh
auditor untuk mendukung pendapatnya dan merupakan bukti bahwa auditor telah
melaksanakan audit yang memadai.
b.
menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi
auditnya.
auditor dapat kembali memeriksa kertas
kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak
yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah
dibuat oleh auditor dalam auditnya.
c.
mengkoordinasikan dan mengorganisasi semua tahap
audit.
audit yang dilaksanakan oleh auditor
terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam brbagai waktu,
tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti
yang membentuk kertas kerja. Pengorganisasian dan pengkordinasian bebagai tahap
audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.
d.
memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
dari kertas kerja dapat diperoleh informasi
yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang
berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan. Auditor
memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan akuntansi klien dan pengendalian
intern klien serta rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit
yang lalu. Jurnal-jurnal adjustment
yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporan keuangan yang lalu.
3.3 Definisi Filing Sistem
kearsipan adalah kegiatan pengurusan arsip
dari kegiatan penciptaan arsip, penyimpanan dan penemuan kembali, penyelamatan
arsip dan penyusutan arsip.
Filing system adalah rangkaian kerja yang
teratur yang dapat dijadikan pedoman untuk penyimpanan arsip sehingga saat
diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.
3.3.1 Tujuan Filing
Sistem
a.
Menghemat waktu
dengan menggunakan filing system yang
tepat, penyimpanan dan penemuan kembali arsip dapat dilakukan dengan mudah
tanpa membuang waktu.
b.
Menghemat biaya
Dalam kegiatan penyimpanan dan penemuan
kembali arsip tidak terlalu banyak menimbulkan tenagasehingga dapat menghemat
biaya.
c. Menghemat tempat
Dengan mengunakan filling system yang
tempat penyimpanan arsip tidak membutuhkan ruangan yang luas dan peralatan yang
banyak, karena arsip yang disimpan hanyalah arsip-arsip yang bernilai guna
saja.
3.3.2 Ciri-ciri filing
system
a. Tidak memakan tempat
; letaknya dibuat selektif dan seefisien mungkin
b. sederhana dan
praktis ; mudah dilaksanakan dan tidak berbelit-belit
c. mudah dicapai : penyimpanan dapat mudah
diambil dan dicapai
d. Ekonomis : tidak
berlebihan dalam pengeluaran biaya,perlengkapan, tenaga, dan cara pengeluarannya.
e. Cocok dan tepat guna : disesuaikan dengan
tujuan dan kepentingan
f. Fleksibel : mudah dikembangkan bila ada
perluasan kerja dan mudah dilaksanakan
g. Klasifikasi khusus
h. Aman : bebas dari kerusakan karena
penyimpanan
3.3.3 Macam-macam Filing Sistem
a). Sistem abjad
Sistem abjad adalah system penyimpanan atau
penataan berkas/arsip berdasarkan abjad, disusun mulai huruf a sampai dengan
z.Dalam penyusunanya, surat-surat disusun berdasarkan urutan pertama dari nama
orang, atau organisasi, instansi, lembaga, kantor yang sudah diindeks.
b).
Sistem masalah
Sistem
masalah adalah system penyimpanan atau penataan beerkas atau arsip berdasarkan
pokok permasalahan dalam surat atau dokumen yg berkaitan.
c). Sistem Wilayah
Sistem wilayah adalah system penyimpanan atau penataan berkas
atau arsip brdasarkan letak wilayah dengan berpedoman kepada daerah/ kota/Negara atau alamat surat.
d). Sistem tanggal
system tanggal adalah
system penyimpanan atau penataan atau arsip berdasarkan urutan waktu/kronologis
dari tanggal,bulan,dan tahun penerimaan/pencatatan surat/dokumen.
3.4 Penyusunan Kertas
Kerja Audit
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja
untuk setiap kliennya :
·
Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai
dilakukan, yang disebut arsip kini (current file)
·
Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara
relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai
manfaat untuk tahun yang diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai
berikut :
1.
Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2.
Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para
manajer
3.
Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan
dengan pengendalian
4.
Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku
jangka panjang.
5.
Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6.
Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite
yang dibentuk klien. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu
:
a) Untuk menyegarkan ingatan
auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-tahun
mendatang.
b) Untuk memberikan ringkasan
mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama kali
menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
c) Untuk menghindari pembuatan
kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak
pernah mengalami perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanin.
Akun-akun seperti tanah, gedung, akimulasi, depresiasi, investasi, utang jangka
panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri
adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama
terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa
tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa
transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun
tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor
karena perubahan-perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam
arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun
sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.
Mulyadi.2002.Auditing Edisi 6.Jakarta:Salemba Empat
Seksi 339 Nomor 15.1994.SPAP.Jakarta:IAI
REFERENSI:Agoes, Sukrisno (2006).Auditing.Jakarta:lembaga Penerbit
FE UI, Salemba Empat..
Arens, A Alvin, Randal J. Elder, Mark Beasley(2008).Auditing dan
Jasa Assurance, Jakarta:indeks.
Arens, A Alvin,Mark S. Beasley, Randal J. Elder(2010). Auditing dan
Jasa Assurance, Jakarta:Salemba Empat.
Hall, A James,Tommie Singleton(2007). Audit Teknologi Informasi dan
Asurance, Jakarta:Salemba Empat.